BERITA SUNDUL99 - Pesawat Lion Air jurusan Jakarta-Solo kemarin sekitar pukul 18.15 WIB nyungsep di kuburan, ketika akan mendarat di Bandara Adi Sumarmo Solo. Musibah penerbangan yang menewaskan sedikitnya 23 orang tersebut diduga akibat kondisi landasan yang licin dan rem tidak berfungsi, sehingga meluncur tanpa terkendali. Bahkan, pesawat kemudian naik lagi, melintas di atas jalan raya Kartasura-Nogosari, dan jatuh pas di tengah-tengah kuburan Desa Donohudan, sekitar 100 meter dari jalan raya tersebut.
Di antara daftar penumpang terdapat nama KH Yusuf Muhammad, Ketua FPKB DPR RI yang akan menghadiri pemilihan Ketua PBNU dalam muktamar yang digelar di Asrama Haji Donohudan.
''Namanya ada di daftar penumpang, tapi saya belum menemukan dirawat di mana,'' kata Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi yang meninjau beberapa korban yang dirawat di rumah sakit bersama Wali Kota Surakarta Slamet Suryanto. Kabar terakhir diperoleh keterangan, dia ikut tewas.
Ketua PBNU Ahmad Bagja juga menjenguk anaknya, Eliana, yang luka-luka ringan.
Penumpang yang luka ringan memang langsung dievakuasi ke ruang VIP Bandara, bahkan ada yang langsung meminta pulang ke rumahnya. Sementara yang luka berat langsung dibawa ke rumah sakit.
Kompleks Bandara langsung disterilkan dan dijaga ratusan petugas kepolisian yang didatangkan dari beberapa polres di wilayah Surakarta, seperti Polres Surakarta, Sukoharjo, Sragen, dan Boyolali, dan dibantu anggota TNI AU.
Lancar
Beberapa penumpang pesawat ekstra flight dengan nomor penerbangan JTO 538 itu mengatakan, pesawat berangkat dari Jakarta pukul 17.00. Penumpang total 146, dipiloti Dwi M dan co- pilot Steven Lesdek. Meski hujan, semuanya lancar. Hingga pramugari menyatakan pesawat akan landing, seluruhnya masih lancar.
''Ketika roda menyentuh landasan, masih terasa halus, tidak ada masalah. Tetapi tiba-tiba saja pesawat seperti oleng dan tidak bisa dikendalikan. Bahkan, kalau kondisi normal seperti terasa mengerem, ini malah kembali melaju, seperti ketika rem dilepas. Nah, saat itulah tiba-tiba terdengar bunyi letupan berkali-kali. Setelah itu, terasa pesawat seperti menabrak sesuatu berkali-kali, dan berhenti,'' kata Lugiyanto, salah seorang penumpang yang staf Depdiknas Pusat.
Dia yang akan menghadiri rapat dinas membahas UKS di Solo berada di kursi nomor 27B. Ada enam rekannya yang semuanya di kursi 27 dan 28. ''Alhamdulillah kami semua selamat,'' kata dia saat dievakuasi ke ruang VIP Bandara Adi Sumarmo.
Dikatakannya, begitu pesawat terasa oleng, seluruh penumpang histeris. Semuanya merunduk ke depan, sampai kemudian terasa pesawat berhenti. Begitu tahu pesawat sudah berhenti, penumpang berebut keluar. Mereka keluar pesawat melalui sebuah lubang pesawat yang terbelah.
''Saya kira itu pintu darurat. Ternyata bukan pintu darurat, melainkan badan pesawat yang terbelah dan berlubang. Habis semuanya gelap gulita. Ketika kami menginjakkan kaki, terasa seperti di atas sawah. Dan ketika berjalan, beberapa kali kesandung batu. Ternyata kami menyandung nisan kuburan,'' ungkapnya.
Dia juga merasa saat berebut keluar pesawat, dipastikan menginjak sesama penumpang. Sebab, ada sesuatu yang terasa empuk seperti badan manusia, bukan lantai pesawat yang keras. ''Tapi kondisi di dalam pesawat kan gelap. Ditambah lagi hujan deras serta kepanikan karena takut pesawat meledak, sehingga tidak sempat berpikir menginjak apa,'' ungkapnya.
Vendy, penumpang di kursi nomor 33, paling ujung belakang, mengisahkan, ketika mencoba keluar pesawat, dia masih melihat kursi dan keadaan di dalam pesawat yang berantakan. Kursi, bagasi di kabin, bercerai-berai.
''Sampai di luar, saya masih belum sadar bahwa ternyata pesawat tersebut di kuburan. Saya hanya merasa harus segera keluar karena melihat mesin pesawat terus mengeluarkan api dan letupan. Karena itu, semuanya ingin secepatnya keluar,'' kata pemuda yang berbisnis di Solo dan seminggu dua kali menggunakan pesawat itu.
Adapun salah seorang penduduk yang menyaksikan awal kecelakaan itu mengatakan, pesawat landing bersamaan dengan petir menyambar dahsyat. Pesawat masih dalam posisi akan landing, ketika petir itu menyambar.
''Saya menyaksikan itu karena di teras rumah yang menghadap ke arah posisi take off dan landing pesawat,'' kata dia.
Mungkin saja seluruh sistem pesawat rusak terkena petir itu. Soalnya getaran petir itu sampai merusakkan sirine mobil di garasi. Hal itu juga ditandai dengan matinya seluruh lampu di pesawat, termasuk lampu depan. ''Melihat kilatan petir, memang di persawahan terbuka yang menjadi landasan bandara,'' ungkap Suratno.
Kepala Bandara Adi Sumarmo, Andri Iskandri, yang dimintai komentar, masih menolak. ''Nanti saja, saya masih sibuk memimpin evakuasi. Tolong sementara jangan wawancara dulu,'' kata dia.
Menurut seorang perwira TNI AU yang tidak mau disebutkan namanya, diduga pesawat landing tidak pada ujung landasan, namun agak ke tengah sehingga pesawat over shoot (kebablasan), dan ketika pilot akan menambah power untuk terbang lagi sudah terlambat pesawat melewati ujung landasan dan melompati jalan menabrak lampu traffic di sawah.
Setelah musibah tersebut, pesawat Garuda Indonesia yang semula akan terbang pukul 18.30 ditunda, karena petugas bandara masih mensterilkan landasan pacu.
Kerusakan Rem
Musibah itu diperkirakan akibat faktor cuaca dan ada kerusakan di sistem rem di sayap. Sejak terbang dari Jakarta, pesawat nahas itu sudah diguyur hujan. Sesampai di Solo hujan lebat disertai angin masih menyertainya. Saat mendarat cukup mulus.
''Setelah itu terus meluncur seperti tidak bisa dihentikan oleh pilot sehingga menabrak pagar bandara dan berhenti di pemakaman. Jadi, tidak benar kalau pesawat jatuh,'' kata Kepala Humas Lion Air, Hasyim Arsal Alhabsi, semalam, di Jakarta.
Dia pun masih mengumpulkan berbagai informasi dari lokasi kecelakaan dan sejumlah rumah sakit di Solo. Disebutkannya, pesawat buatan tahun 1990 itu memuat penumpang 140 orang, sementara kapasitas penumpang 165 orang. Pesawat juga dinyatakan laik terbang dan sama sekali tidak ada masalah. Begitu pula pilotnya.
Hasyim membantah pesawat nahas itu merupakan penerbangan tambahan dan tujuannya bukan ke Solo. Selama ini Lion melakukan penerbangan dua kali sehari ke Solo dan salah satunya adalah pesawat itu.
''Kami belum bisa memberikan nama seluruh penumpang, termasuk korbannya. Saat ini kami terus berkomunikasi dengan staf Lion Air di lapangan,'' kata Hasyim. Seluruh petinggi maskapai yang sahamnya dimiliki, antara lain, pengusaha Usman Sapta ini langsung mengadakan rapat untuk menentukan langkah darurat.
Berdasarkan catatan, pada 3 Juli 2004 pesawat Lion Air terpeleset saat landing di Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang. Meski sempat keluar 175 dari track landasan, namun 150 penumpangnya tidak ada yang cedera. Pesawatnya juga tidak rusak.
Sementara itu, pilot Garuda nonaktif Abdul Rozak yang sukses mendaratkan pesawat secara darurat di Bengawan Solo, Klaten, memperkirakan faktor cuaca dan gangguan pada sistem rem yang membuat pesawat Lion Air sulit dikendalikan setelah landing. Kondisi itu tidak mudah diatasi, karena posisi pesawat sudah mendarat dan bisa saja sebelumnya tidak ada masalah dengan sistem rem.
''Saya perkirakan saat kejadian sedang hujan disertai angin kencang. Itu merupakan pilihan sulit untuk mendarat atau tidak. Jika tidak memungkinkan mestinya bisa kembali ke Jakarta atau mencari alternatif lain. Berdasarkan pengalaman, saya selalu berpikir setiap hendak landing selalu saya pikirkan bagaimana penumpang,'' kata Rozak.
Direktur Operasi PT Jasamarga, Hamka Santri Anom, menegaskan, stafnya langsung mendatangi korban dan mendatanya. Korban yang memerlukan perawatan, dimintanya untuk tidak segan-segan melapor. ''Kami siapkan biaya perawatan bagi korban luka hingga Rp 25 juta. Untuk korban meninggal Rp 50 juta dan korban cacat tetap Rp 50 juta.'' (Tim-33t)
Kronologi Kejadian
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan GT0 538 dari Bandara Soekarno Hata berangkat ke Bandara Adi Sumarmo, Solo pukul 17.00.Pesawat berpenumpang 156 orang dengan perincian dewasa 141, anak 5 orang dan bayi 10 tersebut mendarat di Adi Sumarmo pukul 18.15.
Cuaca bandara buruk, hujan deras disertai kilatan petir, sehinga pesawat dengan pilot Kapten Dwi M tidak dapat mendarat dengan baik di landasan.
Landing mulus, tiba-tiba naik lagi dan jatuh di sebelah barat Bandara Adi Sumarmo di areal makam Kaliwungu Kampung Ngesrep, Ngemplak, Boyolali.
Pesawat patah terbagi dua dengan posisi di tengah badan pesawat, berlubang di sisi kiri dan bawah
Pukul 19.20 penumpang yang meninggal, luka-luka maupun yang selamat langsung dievakuasi.
Proses evakuasi sedikit kesulitan karena gelap dan hujan deras
Hingga pukul 23.30 proses evakuasi masih berlangsung
Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 226 yang akan berangkat ke Jakarta pukul 18.45 dialihkan pemberangkatannya dari Bandara Adi Sucipto.
Data Korban
RSIS Pabelan (sampai pukul 22.15)Jumlah total penumpang Lion Air MD-82 : 156 penumpang
Terdiri atas : 141 penumpang dewasa
10 bayi
5 anak-anak (di bawah 5 tahun)
Korban meninggal sampai pukul 23.00 : 23 orang
Meninggal 14 orang (baru 11 teridentifikasi)
1. Bambang Anggono (Bendosari, Sukoharjo)
2. Ir Ongkotikno Wijoyo
3. Jefri Edison
4. Agatha (usia 10 bulan)
5. KH Yusuf Muhammad (Ketua Komisi VIII DPR RI)
6. Linda Rahmi (Padang)
7. Syifa Baradja (Pasar Kliwon)
8. Ir Iswanto (Bekasi)
9. Pujiastuti Iswanto (Bekasi)
10. Ir Roni Zon Ali (Depok, Bogor)
11. Nataniel Liem (28) karyawan Konimex Sukoharjo
RS Panti Waluyo (sampai pukul 21.15)
* Meninggal 2 orang
1. Sri Murni (70), alamat Keprabon, Solo
2. Bayi laki-laki usia 1 tahun, belum teridentifikasi
* Luka-luka 4 orang
1. Panji Priyatno (22), alamat Maskoki, Bekasi
2. Maria Mugioyarsi (48), alamat Pinang Timur Jakarta
3. Latifah (44), alamat Kebunkacang Jakarta
4. David , Jl Kapten Mulyadi, Solo
RS dr Oen Kandangsapi, Jebres (sampai pukul 22.30)
* Luka-luka 3 orang
1. Maria Pua (70), alamat Pesisir Blok 254 Tingkat II No 251, Singapura
2. Ratna Hutapea (40), alamat Mojosongo, Solo
3. Malvin Hutapea, alamat Mojosongo, Solo
RS Brayat Minulya (sampai pukul 22.00)
*Luka-luka 1 orang
1. Nevi (45), Jl MT Haryono 74 Manahan, Solo
RS Kasih Ibu (sampai pukul 22.30)
*Luka-luka 13 orang
1. Steven Liesdek (36) co pilot, Jakarta
2. Laura Glayarus (19) pramugari, alamat Tamansari-Jabar
3. Adnan Hilmar (34), alamat Gatak, Sukoharjo
4. Riska Rahmayana (22), alamat Batam-Riau
5. Bambang Margono (53), Jl Muwardi Sukoharjo
6. Endika Sastrawan Tarigan (2), alamat Masaran, Sragen
7. Dewanto, alamat Masaran Sragen
8. Endang Kartika Sari (27), alamat Masaran Sragen
9. Yunita Tarigan (18), alamat Binjai, Sumut
10. Wahyono (20), alamat Banyudono Boyolali
11. Hj Nurjasiwi, alamat Batam-Riau
12. Ernasari
13. Ima Nur Rohmah
RS PKU Muhammadiyah (sampai pukul 22.00)
*Meninggal 3 orang
1. Abdul Syukur Wahid (50), Pengurus PC NU Jakarta Utara
2. Maryadi Suwanto (40), alamat Tanjung Pinang Medan.
3. Mulyono Sumardjo
RS Pandanaran Boyolali (sampai pukul 23.00)
*Meninggal 1 orang
1. Wanita umur sekitar 60 tahun, belum teridentifikasi
RS TNI AU Colomadu Karanganyar
*Meninggal 3 orang
Sri Sugeng (38) Jogonalan, Klaten (Pegawai Pemda DKI Jakarta)
Muji Rahayu Kadipiro, Solo
Seorang anak kecil (2-3 tahun) belum teridentifikasi.
RS Dr Oen Solo Baru
1 korban luka-luka, 3 korban langsung pulang karena luka ringan
Anak Putri Alya Safira (masih rawat inap)
Bakhtiar
Yeni Andriani
Sri Maryati
(SUNDUL99)
0 comments:
Post a Comment