BERITA SUNDUL99 - Kondisi pesawat yang masih baru, belum
tiga bulan dibeli dan di piloti oleh pilot berpengalaman, juga cuaca
yang baik disekitar bandara saat mendekati landas pacu membuat keanehan
tersendiri.
Belum lagi ditambah keanehan tidak
diumumkannya keadaan akan mendarat oleh krew, dan posisi roda tidak
keluar saat akan mendarat serta tidak adanya kontak atau laporan serta
komunikasi dari kokpit kepada ATC atau Air Traffic Controller bandara menambah anomali dan keanehan-keanehan yang tak wajar. Apa yang sebenarnya terjadi di kokpit??

Aircraft : Boeing 737-800
ModeS : 75FC7C
Typecode : B738
Type : Boeing 737-8GP (WL)
Serial No. : 38728
Reg. No. : PK-LKS
Flight No. : CT 904
First flight : 05 Feb. 2013 (2 months)
Engines : 2 CFMI CFM56-7BE
Crash Accident
Rute : Bandung – Denpasar
Date Crash : 13 April 2013
Time : 13:53 WITA (Local Time)
Passengers : Fatalities: 0 /Occupants: 101
Crew : Fatalities: 0 / Occupants: 7
Total : Fatalities: 0 /Occupants: 108
Dead : o (none)
Airplane damage : Written off
Airplane fate : Written off (damaged beyond repair)
Location : Denpasar-Ngurah Rai Bali International Airport (DPS) (Indonesia)
Phase : Approach (APR)
Nature : Domestic Scheduled Passenger
Departure airport : Bandung Airport (BDO/WICC), Indonesia
Destination airport : Denpasar-Ngurah Rai Bali International Airport (DPS/WADD), Indonesia
Rute : Bandung – Denpasar
Date Crash : 13 April 2013
Time : 13:53 WITA (Local Time)
Passengers : Fatalities: 0 /Occupants: 101
Crew : Fatalities: 0 / Occupants: 7
Total : Fatalities: 0 /Occupants: 108
Dead : o (none)
Airplane damage : Written off
Airplane fate : Written off (damaged beyond repair)
Location : Denpasar-Ngurah Rai Bali International Airport (DPS) (Indonesia)
Phase : Approach (APR)
Nature : Domestic Scheduled Passenger
Departure airport : Bandung Airport (BDO/WICC), Indonesia
Destination airport : Denpasar-Ngurah Rai Bali International Airport (DPS/WADD), Indonesia

Tapi hingga kini penyebab pesawat Lion Air mendarat di laut dekat Bandara Ngurah Rai Bali belum diketahui secara pasti.
Pihak Lion Air juga belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 101 penumpang itu.
Penyelidikan penyebab jatuh pesawat Lion
Air Boeing 737 800 NG tersebut akan dilakukan oleh KNKT. Namun hingga
kini publik masih bertanya-tanya mengenai penyebab kecelakaan tersebut.
Ada tiga “dugaan” akibat jatuhnya pesawat
Lion Air PK-LKS jurusan Bandung – Denpasar dengan nomer penerbangan CT
960 yang mengangkut 101 penumpang dan 8 krew ini, yaitu:
Dugaan pertama,
penyebab kecelakaan karena adanya “cross wind” atau angin kuat dari
sisi samping pesawat yang membuat pesawat bergeser kearah samping.
Dugaan kedua, karena roda pesawat tidak bisa keluar saat akan landing sehingga pilot memutuskan melakukan pendaratan di laut.
Dugaan ketiga, menurut KNKT karena akibat “undershoot”. Artinya pilot terlalu cepat mendaratkan pesawat.
“Mungkin undershoot. Kenapa undershoot?
Itu yang masih kita cari,” kata Kepala Sub Penelitian Kecelakaan
Transportasi Udara KNKT Masruri dalam jumpa pers di Bali, Minggu
(14/4/2013).
KEGANJILAN PENDARATAN YANG MASIH MISTERIUS
Kecelakaan pesawat itu pun hingga kini
masih menimbulkan tanda tanya besar karena adanya keganjilan-keganjilan
yang belum dapat dijelaskan.
Pesawat Masih Sangat Baru
Pesawat Lion Air dengan nomor ekor PK-LKS
ini masih baru. Pesawat Boeing 737 800 NG itu baru dua minggu digunakan
oleh Lion. Baru beroperasi sekitar dua bulan, mengawali penerbangan (first flight) dari pabriknya pada bulan Februari 2013.

Setelah diterima Lion Air, pesawat
tersebut segera di operasikan pada 28 Maret 2013 lalu. Pesawat itu
dibeli dengan kisaran harga USD 80 juta hingga USD 90 juta.
“Jadi, kalau dihitung-hitung lagi,
pesawat itu baru beroperasi selama kurang lebih dua minggu. Pesawat itu
memiliki kapasitas 180 penumpang. Setelah pesawat sampai di sini, kami
lakukan cek ulang secara keseluruhan sebelum benar-benar dioperasikan,”
ujar Edward.
Pilot Sehat dan Mahir
Faktor kecelakaan selain karena pesawat,
bisa juga karena faktor manusia. Salah satu yang paling berperan dalam
kasus jatuhnya pesawat tentu adalah kondisi sang pilot. Lalu bagaimana
dengan pilot Lion Air?
“Pilot kondisinya sehat. Sebelum terbang
juga sehat,” ujar Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait dalam konferensi
pers, Sabtu (13/4).
Edward menambahkan standar operasional
seorang pilot maksimal lima kali melakukan penerbangan. M. Gazali
sendiri pada hari ini baru melakukan beberapa penerbangan.
“Dia baru terbang tiga kali landing hari ini. Dia juga sudah mengantongi lebih dari 10 ribu jam terbang,” katanya.
Kapten pesawat yang merupakan warga
Indonesia memiliki pengalaman 15 ribu jam terbang. Dia juga memegang
lisensi instruktur dan menjadi pihak yang mengontrol pesawat itu.
Sementara pilot kedua pesawat Lion Air,
yang merupakan warga negara India dengan pengalaman 2.000 jam terbang,
bertanggung jawab untuk perjalanan domestik yang dijadwalkan akan
berlangsung selama satu jam 40 menit itu.
Cuaca Yang Baik Saat Pendaratan
Faktor cuaca juga kerap dituding menjadi
penyebab kecelakaan pesawat. Saat Lion Air mendarat di laut, kondisi di
Bandara Ngurah Rai memang mendung dan gerimis. Namun hal ini tetap
dianggap baik dalam dunia penerbangan.
“Dalam dunia penerbangan, kondisi di
Ngurah Rai saat pesawat jatuh tergolong baik. Karena kalau buruk pasti
sudah ditutup oleh pihak ATC atau bandara sehingga tidak ada pesawat
yang masuk,” ujar pengamat penerbangan, Alvin Lie, Sabtu (13/4/2013).
Pilot Tak Umumkan Pesawat Akan Mendarat
Penumpang diminta untuk memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera mendarat.
Namun salah seorang penumpang Lion Air,
Rusmaya Laksmi Wardani (53) menyebut dalam peristiwa itu, pilot tidak
mengumumkan hal itu.
“Jadi pada saat sebelum kecelakaan kami
semua tidak mendapat informasi bahwa pesawat tiba-tiba akan landing,”
jelas salah satu penumpang, Rusmaya, Sabtu (13/4).
“Tau-taunya ada suara brakk dan ternyata
sudah di tengah laut. Saya berusaha menyelamatkan diri dengan luka di
bibir yang berdarah, akhirnya saya juga sempat mencari pertolongan tapi
tim SAR dengan sigap membantu,” ucapnya.
Sebelum pesawat Lion Air mendarat di laut, sang pilot tidak memberikan informasi kepada pihak Air Traffic Controller (ATC) Bandara Ngurah Rai Bali. Tiba-tiba pesawat nahas itu mendarat di laut dekat bandara.

“Tiba-tiba saja pesawat itu mendarat di laut,” jelas Tri Basuki dalam jumpa pers, Sabtu (13/4/2013).
Karena tidak ada informasi inilah pihak
ATC tidak bisa memastikan penyebab pesawat dengan nomor penerbangan JT
904 itu tiba-tiba jatuh.
Salah satu indikasi pesawat Lion Air
mendarat di laut karena ban tidak bisa terbuka saat akan landing. Karena
hal itulah pilot kemudian mendaratkan pesawat di laut untuk menghindari
kecelakaan yang lebih fatal.
“Itu bukan kewenangan kami untuk
menjawabnya. Nanti ada KNKT yang bisa menjawabnya,” ujar Direktur Umum
Lion Air, Edward Sirait dalam konferensi pers yang digelar di Gedung
Lion Air, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4).
Lalu apa penyebab Lion Air mendarat di
laut? Hingga kini masih merupakan misteri karena belum ada jawaban
pasti. Lihat video dibawah ini dengan simulasi komputer, detik-detik
saat mendarat dan mengalami kecelakaan.
Penyebab Kecelakaan Akibat Gejala Alam
Pilot pesawat Lion Air menjelaskan bahwa
saat peristiwa itu, dirinya merasa pesawat seperti “terseret ke bawah”
oleh angin. Dikutip dari sumber Reuters, pilot itu mengaku saat itu terus berjuang untuk mendapatkan kembali kontrol pesawat.
Saat ini, kecelakaan itu sedang
diselidiki oleh KNKT dan pihak berwenang serta mendapat bantuan dari
penyelidik kecelakaan Boeing Amerika Serikat.
Namun, dari pernyataan para saksi dan
laporan cuaca sebelumnya menekankan adanya kemungkinan kecelakaan itu
disebabkan oleh pergeseran angin atau penurunan grafik badai yang
dikenal sebagai microburst.
Ilustrasi
microburst. Udara bergerak mengalir ke arah bawah sampai menyentuh
permukaan tanah. Kemudian menyebar ke luar ke segala arah. arah angin
microburst adalah berlawanan dengan tornado. (wikipedia)
Microburst adalah hembusan udara
dari atas yang mirip sebuah “dinding air” atau “air terjun” berupa
angin, dalam radius lokal atau berada pada kawasan yang tidak terlalu
luas.
Jika pesawat melewatinya maka pesawat
akan terseret menurun secara drastis dan dapat menyebabkan kehilangan
daya angkat tenaga mesinnya (engine power failure)
Karena keberadaan pesawat dan adanya
peristiwa alam ini hanya pada ketinggian yang rendah, maka kemampuan
pesawat untuk naik kembali sangat kecil.

Skema Microburst Basah (wet microburst schematic)
Pesawat akan “tetap terseret” ke bawah akibat tak adanya daya dorong kembali ke atas, lalu pesawat akan terhempas ke tanah.
Dinding dengan ketinggian hanya beberapa
ratus meter tersebut membuat udara diatasnya mengalir atau berhembus ke
arah bawah dengan cepat dan mengalir kearah luarnya. Pilot Lion Air
menjelaskan pesawat terbang melalui dinding air sekitar 121 sampai 60
meter.
“Semburan deras” angin microburst dan
hilangnya kemampuan jarak pandang merupakan hal yang tidak biasa di
daerah tropis. Namun, dengan semakin rendahnya pesawat berarti membuat
awak pesawat hanya memiliki sedikit waktu untuk bertindak.
Lantaran tidak bisa melihat lampu atau
tanda di landasan, kapten pesawat akhirnya memutuskan untuk membatalkan
pendaratan dan mulai berputar. Hal ini merupakan tindakan yang menjadi
manuver rutin dari semua pilot yang terlatih dengan baik.
Namun, kapten pesawat mengatakan kepada
pihak berwenang bahwa pesawat bukannya menaik, namun justru mulai
menurun tidak terkendali.
“Kapten mengatakan dia bermaksud untuk
berputar, namun dia merasa pesawat itu seperti terseret oleh angin. Ini
sebabnya pesawat itu jatuh di laut,” kata sumber yang enggan disebutkan
identitasnya. “Hujan datang dari arah timur ke barat dan sangat deras.”

Pepohonan yang rubuh karena adanya efek “downburst”
Ada dua jenis microbursts: microbursts basah (wet microburst) disertai dengan hujan dan microbursts kering (dry microburst) yang hanya berupa angin.
Gejala alam yang langka ini melalui tiga tahapan dalam siklusnya: the downburst, outburst dan cushion stages.
Hembusan yang tiba-tiba dari microburst
menjadi bahaya yang besar untuk pesawat karena angin mengalir kearah
bawah atau ke tempat yang lebih rendah lalu berhembus ke arah depan.
Hal ini akan membuat beberapa kecelakaan
fatal pesawat terbang yang telah dikaitkan dengan fenomena alami ini
selama beberapa dekade terakhir. (reuters/merdeka/berbagai sumber)

Angin microburst yang kuat dapat mengangkat kontainer dengan berat beberapa ton hingga ke sisi bukit, di Vaughan Ontario, Kanada
Kronologi Kecelakaan Pesawat Lion Air PK-LKS Menurut Versi Menteri Perhubungan:
Berikut kronologis kecelakaan pesawat
yang mengangkut 108 penumpang itu seperti disampaikan Menteri
Perhubungan EE. Mangindaan, Senin 15 April 2013.
15:08 WITA (Waktu Indonesia Bagian Tengah) :
Petugas lalu lintas penerbangan Bandara Ngurah Rai memperkenankan
pesawat Lion Air Boeing 737-800 untuk mendarat. (Clear to land).
15:10 WITA:
Selang dua menit kemudian pesawat malah mendarat di laut, tepatnya
sebelah barat runway 09. Petugas ATC langsung menekan crash bell. Pada
saat yang sama ada pesawat Garuda 415 yang berada pada posisi holding
position runway 09 yang rencananya akan mendarat setelah pesawat Lion
Air mendarat. Pilot Garuda memberitahu pada tower bahwa pesawat Lion
mendarat di laut. Saat insiden terjadi, cuaca di bandara sedikit berawan
dan turun hujan rintik-rintik atau hujan ringan di ujung runway 09.
15:11 WITA:
Bantuan seperti petugas Otorita Bandara, Basarnas, TNI-AU, Polri, dan
petugas handling, airline, dan engineer sudah menuju lokasi dan memberi
pertolongan. Mereka juga mulai melakukan evakuasi penumpang.
15:55 WITA:
Semua penumpang dan awak pesawat dievakuasi untuk mendapatkan
perawatan. Penumpang yang tidak mengalami luka dikumpulkan di Crisis
Center dan yang menderita luka dilarikan ke beberapa rumah sakit seperti
RS Kasih Ibu, RS Sanglah, RS Siloam, dan RS BIMC.
Sejak jam 15:10-17:00 WITA bandara langsung ditutup.
Mangindaan mengatakan penutupan bandara
telah menyebabkan 10 penerbangan sempat terlambat, 8 penerbangan
tertahan di udara, 3 penerbangan mendarat di bandara alternatif, 4
penerbangan ditunda, dan 6 penerbangan mengalami flight divert.
Pesawat yang mengalami kecelakaan dibuat
pada 2013 dan memiliki jam terbang 146 jam dan 48 menit per 11 April
2013. Sementara pilot pesawat, Kapten Mahlup Ghozali total memiliki jam
terbang 12 ribu jam.
Jam terbang Ghozali saat mengendarai
jenis Boeing 737-800 mencapai kurang lebih 5 ribu jam. Ghozali memiliki
Pilot Proficiency Check (PPC) yang berlaku dari 31 Oktober 2012 sampai
31 April 2013 dan memiliki hasil memenuhi syarat. (SUNDUL99)
0 comments:
Post a Comment